Jumat, 26 November 2010

Baju SBY

 Baju sby dengan 1 motif lengan panjang.
Berbahan dasar benang kroto dan katun.

Harga : Rp. 85.000








Baju sby dengan 2 motif lengan pendek.

Harga : Rp. 90.000

Senin, 08 November 2010

Sesuai dengan namanya, kerajinan Tenun Ikat Troso digeluti oleh warga Desa Troso, Kecamatan Pecangaan. Dari kota Jepara, desa industri ini berjarak sekitar 15 km. arah tenggara. Keterampilan membuat tenun ikat sudah dimiliki oleh warga Desa Troso sejak tahun 1935 yang bermula dari Tenun Gendong warisan turun-temurun.Tahun 1943 mulai berkembang Tenun Pancal dan kemudian pada tahun 1946 beralih menjadi Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), hingga sekarang. Keterampilan ini terus berkembang. Varian produk-produk baru berhasil dimunculkan para perajin seiring perkembangan jaman. Setelah serangkaian pameran disertai upaya peningkatan kualitas sesuai dengan permintaan pasar, industri kerajinan ini semakin dikenal, bukan saja di dalam negeri tetapi juga pasar internasional. Pengusaha mengandalkan pintu pasar di Bali, Jogjakarta, dan Jakarta.

Kamis, 04 November 2010

Tantangan Perajin Kain Troso

Sebulan lewat  Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo mengampanyekan penggunaan seragam tenun lurik troso, untuk pakaian kerja PNS se-Jateng, khusus hari Rabu. Imbasnya langsung terasa, denyut perajin kembali bergairah. Banjir order, permintaan mendadak datang tak terkira. Khusus Sabtu dan Minggu, pemandangan mirip showroom terlihat di jalan-jalan di Desa Troso. Sejumlah mobil berpelat luar kota berderet di jalan desa sentra produksi tenun lurik khas itu.
Troso berlokasi di di jalan raya Jepara-Kudus Km 15, dengan cuaca khas pesisir yang panas. Sejarah panjang telah terlewati akan keberadaan perajin kain, yang sampai sekarang tetap teguh menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) untuk memproduksinya. Suara khas, toklekÖtoklekÖtoklek, membius telinga sampai malam hari. Suara unik yang muncul dari gesekan kayu alat tenunnya.
Troso juga desa superjumbo, luasnya 711,5 hektare dengan jumlah penduduknya 23.000 jiwa dibagi dalam 83 RT  dan 10 RW. Tapi perajin tenun lurik hanya berpusat di daerah selatan atau istilahnya, Troso Kidul. Kain (tenun lurik) troso sebenarnya tidak punya ciri khusus, bahkan secara jujur kain tersebut dibuat tergantung pesanan dan musim. Trik untuk tetap eksis dan bertahan membuat perajin mengkreasi sendiri corak dan jenisnya.
Sebut saja kain yang diberi nama jaranan karena terdapat gambar jaran (kuda) berhadap-hadapan. Istilah kain salur, atau ada yang menyebut sebagai kain antik yang tebal dan motifnya mirip buatan Nusa Tenggara Barat, lebih cocok untuk sprei, gorden, taplak meja atau jok kursi. Sementara itu, kain ikat untuk bahan baju, lebih banyak variasi bahan dan motifnya. Benang misris mendominasi dengan gambar-gambar atau corak yang simetris. Plus model songket atau doby juga diproduksi di desa itu.Satu ‘’rahasia’’ lagi, selama puluhan tahun Bali menjadi mitra masyarakat Troso, kain ikat yang selama ini terkenal sebagai kain Bali, sebenarnya diproduksi oleh tangan-tangan kreatif warga Troso. Padahal Troso-Bali itu harus ditempuh lebih dari 20 jam perjalanan darat. Hubungan yang unik, long distance yang tak mengurangi kemesraan tapi makin saling membutuhkan. 

Tapi dua kali bom Bali itu merusak tatanan kehidupan di Indonesia, dan Troso terkena imbas cukup parah karenanya kerajinan tenun mati suri.
Bagi masyarakat Troso masa suram terasa lama. Sebelum akhirnya angin segar berhembus, enam 6 tahun lalu, tatkala Pemerintah Kabupaten Jepara di bawah kepemimpinan Bupati Drs Hendro Martojo MM mewajibkan PNS Jepara memakai seragam kain troso. Kamis, Jumat, dan Sabtu, dan berlanjut sampai sekarang.
Imbasnya, muncul fenomena menarik perajin tenun troso pecah tapi dalam arti positif yakni terbentuknya tiga ‘’kubu’’ utama.  Pertama, perajin yang tetap ‘’istikomah’’, masih mengandalkan Bali sebagai tujuan utama pemasaran. Kubu kedua; berkonsentrasi melayani permintaan domestik kain seragam lingkup Kabupaten Jepara.
Masa Suram
Kubu ketiga; memasok sentra-sentra batik, seperti Pekalongan, Solo, dan Yogyakarta. Jenis kain yang diproduksi dalam bentuk polosan atau putihan, dari sutera, serat kayu, dan serat nanas. Media kain yang siap untuk dibatik ini proses pembuatnya lebih cepat dan tidak rumit dibandingkan dengan kain ikat atau lurik.

Dua kubu yang disebut di depan, yaitu perajin kain troso yang fokus ke Bali dan daerah sentra batik, sekarang mengalami masa suram. Tidak ada keseimbangan antara harga bahan baku yang selalu naik dan harga jual kain yang stagnan. Hal itu diperparah dengan perilaku beberapa perajin yang berlomba banting harga dan tidak menjaga kualitas.
Kini tinggal satu kubu yang kuat bertahan, dan sekarang mendapat angin segar babak kedua lewat kebijakan Gubernur Jawa Tengah yang mengampanyekan penggunaan seragam tenun lurik troso, untuk pakaian kerja PNS khusus hari Rabu. Hadiah besar bagi masyarakat Troso menjelang Idul Fitri, kain lurik sebagai produk-produk lokal menjadi kebanggaan, dan terpenting dapat menghidupkan perekonomian warga.
Perajin tenun lurik wajib meningkatkan kualitas tanpa mengorbankan nilai seni sebagai warisan budaya lokal, tidak terjebak pada pakem tapi harus kreatif dan kaya inovasi dengan mengombinasikan warna, corak, dan desain. Hal itu   supaya produknya nyaman dipakai dan cocok dipakai dalam berbagai kesempatan dan oleh berbagai golongan.

Selasa, 02 November 2010

Sentra Tenun Troso

Sentra tenun ikat tradisional di Troso merupakan salah satu industri kecil yang memiliki peluang dikembangkan sebagaimana mebel ukir. Meski tidak semaju 1990-an, industri itu tetap memberikan kontribusi dalam pengembangan ekonomi masyarakat Troso dan Jepara pada umumnya. Pada 1997-1998, industri tenun ikat troso terpuruk. Itu tidak lepas dari kondisi perekonomian nasional yang yang memburuk. Akan tetapi, industri yang mengandalkan mesin tradisional itu tidak berarti mati. Pada 2000, industri kerajinan itu mulai bangkit lagi. Pada masa keemasannya hampir setiap rumah di Desa Troso memiliki mesin tenun. Pada 1998 tercatat ada 165 unit dan 2001 turun menjadi 96 unit. Sekarang, jumlah mesin tenunnya meningkat lagi, 114 unit. (Suara Merdeka, 05 Juli 2004).

Meski volume penjualan menunjukkan kecenderungan fluktuatif, tetapi sampai sekarang tenun Troso masih tetap berkibar sebab proses pemasaran tetap berjalan baik. Tidak ada kendala dalam proses produksi. Tidak ada kesulitan menyangkut desain produk maupun peningkatan kualitas. Kualitas produksi relatif baik dan diterima pasar. Tidak ada limbah produksi, sedang tenaga kerja terampil cukup tersedia dan mudah didapat. Namun, UKM tenun Troso mempunyai banyak kelemahan, seperti mayoritas perusahaan perorangan, antara lain terbatasnya modal, belum pernah mendapatkan pembinaan dalam bidang pengelolaan keuangan, pengelolaan sumber daya manusia, dan pemasaran. Sistem pembayaran atas penjualan produk masih secara kredit hingga peralatan produksi masih tradisional. (Harian Kompas, 14 Mei 2007)

Pemasaran produk kerajinan tenun Troso, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah hingga kini masih terfokus pasar domestik, padahal potensi untuk memasarkan produk ini ke luar negeri sebenarnya terbuka. (Kapanlagi.com, 25 September 2006)

Kain Troso dibuat dengan alat tenun tradisional (non-machine). Proses produksi dari benang menjadi kain yang mempunyai nilai seni tinggi dilakukan dengan ketrampilan yang diwariskan turun-tenurun oleh masyarakat desa Troso Kabupaten Jepara.

Tenun Troso menghasilkan kain jenis misris, antik, sutra dan natural dengan berbagai corak. Salah satu keistimewaan tenun Troso adalah mampu mengadaptasi berbagai corak dari berbagai budaya baik nasional maupun internasional.

Senin, 01 November 2010

Kain Tenun Ala SBY

Semenjak presiden SBY memakai baju dari tenun lurik , kain tenun lurik kembali terangkat apalagi motif-motifnya kini bervariasi sehingga kini kain tenun lurik tersebut mendapat embel-embel baru sebagai tenun lurik SBY. Jepara khususnya desa Troso kecamatan Pecangaan kabupaten Jepara sejak dahulu dikenal sebagai daerah penghasil tenun lurik yang sudah “ go International” karena produk tenun torso ini banyak dipasarkan di dalam negeri maupun ke luar negeri. Di Bali , NTB, NTT tenun lurik Troso mudah kita jumpai justru di sana tenun lurik Troso berbaur dengan produk lokal di sana.

Dengan populernya kain tenun lurik ala SBY ini kembali pengrajin kain tenun lurik dari Troso ini mendapatkan order yang cukup lumayan , apalagi sejak Bupati Jepara Drs. Hendro Martojo,MM menginstruksikan para pegawai dilingkungan Pemerintah Jepara untuk memakai seragam tenun lurik ala SBY ini pada hari tertentu sebagai perwujudan cinta akan produk daerah sendiri. Instruksi itupun disusul oleh Gubernur Jawa Tengan Bp. Bibit Waluyo dengan pemakaian seragam kain lurik ala SBY ini bagi pegawai dilingkungan Pemerintah propinsi Jawa Tengah. Sehingga order kain tenun lurik SBY ini terus mengalir ke desa yang dikenal cukup luas ini , dahulu denyut nadi kerajinan tenun yang makin turun kini kembali berkibar lagi seiring permintaan dari luar kota atau luar daerah.





  “ Dahulu memang kerajinan tenun Troso agak sepi , namun seiring dengan promosi oleh presiden SBY dengan mengenakan baju tenun lurik ini , industri kerajinan tenun Troso mulai menggeliat lagi . Saya yang dahulunya memproduksi kain troso biasa karena orderan sepi banting setir ikut memasarkan tenun Troso ke mana-mana khususnya diseputaran Jawa Tengah seperti Pati, Purwodadi, Rembang , semarang dan Grobogan “ , ujar Sholikul Hadi (22) warga desa Troso yang banting stir usaha memasarkan kain tenun Troso Jepara.

Dikatakan oleh Sholikul Hadi yang baru setahunan terjun ke bisnis pemasaran tenun lurik dari Troso ini , kain tenun lurik dari Troso yang dikenal dengan tenun SBY ini jenis dan harganya bervariasi tergantung dengan selera konsumen. Namun umumnya yang laku adalah kain bahan baju untuk seragam baik pria maupun wanita yang saat ini cukup laku dipasaran. Adapun harganya ada yang Rp 150.000,- setiap potongnya ini kain tergolong cukup baik, disusul yang Rp 125.000,- setiap potongnya dan yang terakhir ada juga yang Rp 50-80 setiap potongnya . Selain itu masih ada lagi yang lebih mahal , namun jenisnya tidak biasa tetapi menggunakan bahan dari sutera , bahkan ada juga yang dikombinasikan dengan batik dari Pekalongan . Harga dari kain tenun lurik yang dikombinasikan dengan batik Pekalongan harganya cukup mahal , bisa jadi lipat dua karena bahan baku dibuat di Jepara lalu dikirim ke Pekalongan setelah jadi kembali di bawa ke Jepara untuk dipasarkan.
Free Banana MySpace Cursors at www.totallyfreecursors.com